Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) adalah momen yang penting bagi bangsa Indonesia untuk merenungkan kembali makna dan peran penting pendidikan dalam kehidupan manusia serta perjalanan peradaban manusia itu sendiri. Pendidikan bukanlah sekadar proses formal di dalam ruang kelas, melainkan sebuah perjalanan panjang menuju pemahaman yang lebih mendalam tentang diri kita, masyarakat, dan dunia di sekitar kita.
Pendidikan, dalam konsepnya, tidak hanya mencakup transfer pengetahuan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Lebih dari itu, pendidikan membentuk karakter, membimbing sikap, dan mengasah kemampuan individu untuk berpikir kritis dan bertindak secara bijaksana. Seperti yang diungkapkan dalam petuah Ki Hadjar Dewantara, pendidikan harus mampu membawa seseorang dari kesadaran akan keberadaan (ing ngarsa sung tulada), menuju upaya untuk membangun (ing madya mangun karsa), dan akhirnya, mengabdi kepada kepentingan yang lebih besar (tut wuri handayani).
Indonesia memiliki kekayaan budaya dan sejarah yang memperkaya konsep pendidikan. Dalam Al-Qur’an, kita menemukan cerita tentang pendidikan pertama manusia, ketika Allah mengajarkan kepada Nabi Adam tentang nama-nama segala sesuatu. Ini menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan manusia sejak awal penciptaan.
Selain itu, konstitusi Indonesia secara tegas menetapkan bahwa pendidikan adalah hak setiap warga negara. Undang-undang dasar kita mencerminkan tekad untuk memberikan akses pendidikan yang merata dan berkualitas bagi semua lapisan masyarakat. Tujuan pendidikan yang disebutkan oleh Tan Malaka, salah satu pahlawan nasional, menekankan pentingnya mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan, dan memperhalus perasaan.
Namun, pendidikan tidak hanya tentang mencetak generasi yang cerdas secara intelektual. Pendekatan Paulo Freire yang menekankan pembebasan melalui pendidikan mengajarkan bahwa pendidikan seharusnya juga membebaskan individu dari belenggu ketidaktahuan dan ketidakadilan. Pendidikan yang baik harus menghasilkan individu yang mandiri, kritis, dan berdaya.
Dalam peringatan Hardiknas, penting bagi kita untuk merenungkan peran kita masing-masing dalam mengembangkan pendidikan. Setiap individu adalah guru bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain di sekitarnya. Semangat untuk terus belajar dan berkembang harus senantiasa dihidupkan, baik melalui pengalaman formal di sekolah maupun melalui pengalaman sehari-hari.
Kita juga harus mengambil contoh dari para tokoh pendidikan seperti Ki Hadjar Dewantara, yang tidak hanya menjadi pendidik, tetapi juga menjadi teladan dalam masyarakat. Mereka menunjukkan bahwa pendidikan sejati adalah tentang lebih dari sekadar memperoleh pengetahuan, tetapi juga tentang mencapai kemerdekaan dan kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan.
Dalam era yang penuh dengan informasi dan tantangan kompleks, kemampuan berpikir kritis dan mandiri menjadi semakin penting. Hardiknas harus menjadi momentum bagi kita semua untuk memperkuat kemampuan berpikir kita, sehingga kita dapat tetap merdeka dalam menyikapi berbagai persoalan dan tantangan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, peringatan Hardiknas bukan hanya sekadar seremoni formal, tetapi juga kesempatan untuk mengingat kembali nilai-nilai dan tujuan sejati dari pendidikan. Hanya dengan pendidikan yang holistik dan inklusif kita dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan membawa perubahan yang positif bagi masyarakat dan dunia di sekitar kita.